Cahaya Islam semakin menyinari bumi, saat itu nafas para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mulia masih terdengar menyejukkan telinga dengan ilmu yang mereka peroleh langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Di antara yang mendengarkan ilmu dari para sahabat adalah Abu Ja’far Muhammad bin Ali Rahimahullah. Kakeknya adalah Husain bin Ali bersama saudaranya hasan menjadi penghulu pemuda Surga. Muhammad bin ali adalah keturunan dari khalifah keempat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Muhammad bin Ali lahir di tahun 56 H di saat Aisyah, Abu Hurairah dan para sahabat lainya masih hidup. Kehidupannya pada mas keemasan dimana para sahabat masih hidup menjadikan Muhammad bin Ali sebagai Imam, Mujtahid dan senantiasa membaca dan merenungi al Qur’an.
Ketinggian ilmu Muhammad bin Ali terekam jelas di setiap perkataannya. Di antara perkataannya adalah,”Tidaklah kesembongan masuk ke dalam hati seseorang kecuali akan berkurang akalnya sesuai dengan kadar kesombongannya yang masuk, baik sedikit atau banyak.”
Beliau berkata, “Demi Allah Subhana Wa Ta’ala kematian seseorang yang berilmu lebih disukai Iblis daripada kematian tujuh puluh orang ahli ibadah”
Beliau juga berkata, “Senjata orang yang suka mencela adalah perkataan yang jelek”
Muhammad bin Ali sangat membenci kemalasan. Hal ini terlihat jelas dalam petuahnya kepada anaknya , “Wahai anakku hati-hati terhadap kemalasan dan berkeluh kesah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, maka engkau tidak akan menunaikan kebenaran dan jika engkau berkeluh kesah, maka engkau tidak akan sabar terhadap kebenaran.”
Pernah suatu hari Muhammad bin Ali pergi berhaji bersama budaknya bernama Aflah. Ketika mereka berdua masuk ke dalam masjid dan Muhammad bin Ali melihat Ka’bah tiba-tiba dia menangis dengan suara yang keras. Kemudian Aflah berkata kepada Muhammad, “Orang-orang melihatmu menangis tolong kecilkan suaramu.”Maka Muhammad bin Ali berkata, “Diamlah engkau wahai Aflah! Kenapa aku tidak menangis? Aku berharap Allah Subhana Wa Ta’ala melihatku menangis dan memberikan rahmat-Nya, sehingga dengan rahmat-Nya, sehingga dengan rahmatnya-Nya aku kan selamat kelak di sisi-Nya.” Kemudian Muhammad bin Ali melakukan thawaf mengengelingi Ka’bah, hingga sampai di maqam Ibrahim dan shalat di dekatnya. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud, terlihat bekas sujudnya basah oleh tangisan kedua matanya.
Dirinya dan Syiah
Muhammad bin Ali adalah salah satu dari dua belas imam yang diagungkan oleh kaum Syiah Imamiyah. Merekalah yang menyandingkan beliau dengan kema’suman (senantiasa terlindungi dari dosa).
Sesungguhnya tidak ada kema’suman kecuali bagi malaikat dan Nabi-Nya. Setiap orang bisa berbuat dosa dan kesalahan serta bisa diambil dan ditinggalkan perkataanya, kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena beliaulah yang senantiasa terjaga dari dosa dengan wahyu yang Allah Subhana Wa Ta’alaberikan kepadanya. Kaum syiah sangat mengagungkan keturunan Rasulullah, namun disisi lainnya mereka sangat membenci sahabat lainnya seperti Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma. Hal inilah yang menjadikan Muhammad bin Ali berbeda dengan Syiah. Muhammad bin Ali sangat mencintai dan menyanjung Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma bukan membencinya. Pernah dalam suatu riwayat beliau ditanya pendapatnya tentang Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma oleh Salim bin Abi Hafshoh, maka beliau menjawab, “Wahai Salim cintailah mereka berdua dan aku berlepas diri dari musuh-musuh mereka berdua, karena sesungguhnya mereka berdua adalah dua Imam dalam kebenaran.”
Dalam kesempatan lain beliau berkata , “Demi Allah Subhana Wa Ta’ala sungguh aku mencintai mereka berdua (Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma) dan aku akan memohon ampun kepada Allah Subhana Wa Ta’ala bagi mereka berdua, dan tidaklah aku jumapi seornga yang pun dari ahli bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali mereka mencintai Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma.”
Di kesempatan lain beliau ditanya tentang memberikan perhiasan pada pedang, maka beliau menjawab, “Tidak mengapa menghiasi pedang, karena Abu Bakar Ash-Shidiiq melakukan demikian.“ kemudian yang bertanya heran dan mengatakan : “Apakah engkau mengatakan Ash-Shidiiq?” Maka Muhammad bin Ali melompat seraya menghadapkan wajahnya ke kiblat dan berkata, “Ya Ash-Shidiiq, Ya Ash-Shidiiq, Ya Ash-Shidiiq. Barangsiapa tidak mengatakn kalau dia adalah Ash-Shidiiq maka Allah Subhana Wa Ta’ala tidak akan membearkan perkataanya di dunia maupun di akhirat”
Sungguh indah perkataan Muhammad bin Ali tentang Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma dan sungguh jelek celaan Syiah terhadap mereka berdua. Jurang perbedaan sangat memisahkan antara Syiah dan salah satu Imamnya tersebut. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala menyelamatkan kita diri kita ari makar kaum Syiah.
Muhammad bin Ali meninggal ada tahun 117 H dan dikafani dengan kainnya yang beliau pakai untuk shalat sesuai dengan wasiatnya. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala senantiasa merahmatinya.
Ditulis oleh Abu Thalhah dari Majalah elfata edisi 09 Volume 10.
Di antara yang mendengarkan ilmu dari para sahabat adalah Abu Ja’far Muhammad bin Ali Rahimahullah. Kakeknya adalah Husain bin Ali bersama saudaranya hasan menjadi penghulu pemuda Surga. Muhammad bin ali adalah keturunan dari khalifah keempat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Muhammad bin Ali lahir di tahun 56 H di saat Aisyah, Abu Hurairah dan para sahabat lainya masih hidup. Kehidupannya pada mas keemasan dimana para sahabat masih hidup menjadikan Muhammad bin Ali sebagai Imam, Mujtahid dan senantiasa membaca dan merenungi al Qur’an.
Ketinggian ilmu Muhammad bin Ali terekam jelas di setiap perkataannya. Di antara perkataannya adalah,”Tidaklah kesembongan masuk ke dalam hati seseorang kecuali akan berkurang akalnya sesuai dengan kadar kesombongannya yang masuk, baik sedikit atau banyak.”
Beliau berkata, “Demi Allah Subhana Wa Ta’ala kematian seseorang yang berilmu lebih disukai Iblis daripada kematian tujuh puluh orang ahli ibadah”
Beliau juga berkata, “Senjata orang yang suka mencela adalah perkataan yang jelek”
Muhammad bin Ali sangat membenci kemalasan. Hal ini terlihat jelas dalam petuahnya kepada anaknya , “Wahai anakku hati-hati terhadap kemalasan dan berkeluh kesah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, maka engkau tidak akan menunaikan kebenaran dan jika engkau berkeluh kesah, maka engkau tidak akan sabar terhadap kebenaran.”
Baca artikel selengkapnya di PERBEDAAN
SUNI DAN SYIAH tafhadol
Pernah suatu hari Muhammad bin Ali pergi berhaji bersama budaknya bernama Aflah. Ketika mereka berdua masuk ke dalam masjid dan Muhammad bin Ali melihat Ka’bah tiba-tiba dia menangis dengan suara yang keras. Kemudian Aflah berkata kepada Muhammad, “Orang-orang melihatmu menangis tolong kecilkan suaramu.”Maka Muhammad bin Ali berkata, “Diamlah engkau wahai Aflah! Kenapa aku tidak menangis? Aku berharap Allah Subhana Wa Ta’ala melihatku menangis dan memberikan rahmat-Nya, sehingga dengan rahmat-Nya, sehingga dengan rahmatnya-Nya aku kan selamat kelak di sisi-Nya.” Kemudian Muhammad bin Ali melakukan thawaf mengengelingi Ka’bah, hingga sampai di maqam Ibrahim dan shalat di dekatnya. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud, terlihat bekas sujudnya basah oleh tangisan kedua matanya.
Dirinya dan Syiah
Muhammad bin Ali adalah salah satu dari dua belas imam yang diagungkan oleh kaum Syiah Imamiyah. Merekalah yang menyandingkan beliau dengan kema’suman (senantiasa terlindungi dari dosa).
Sesungguhnya tidak ada kema’suman kecuali bagi malaikat dan Nabi-Nya. Setiap orang bisa berbuat dosa dan kesalahan serta bisa diambil dan ditinggalkan perkataanya, kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena beliaulah yang senantiasa terjaga dari dosa dengan wahyu yang Allah Subhana Wa Ta’alaberikan kepadanya. Kaum syiah sangat mengagungkan keturunan Rasulullah, namun disisi lainnya mereka sangat membenci sahabat lainnya seperti Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma. Hal inilah yang menjadikan Muhammad bin Ali berbeda dengan Syiah. Muhammad bin Ali sangat mencintai dan menyanjung Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma bukan membencinya. Pernah dalam suatu riwayat beliau ditanya pendapatnya tentang Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma oleh Salim bin Abi Hafshoh, maka beliau menjawab, “Wahai Salim cintailah mereka berdua dan aku berlepas diri dari musuh-musuh mereka berdua, karena sesungguhnya mereka berdua adalah dua Imam dalam kebenaran.”
Dalam kesempatan lain beliau berkata , “Demi Allah Subhana Wa Ta’ala sungguh aku mencintai mereka berdua (Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma) dan aku akan memohon ampun kepada Allah Subhana Wa Ta’ala bagi mereka berdua, dan tidaklah aku jumapi seornga yang pun dari ahli bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali mereka mencintai Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma.”
Di kesempatan lain beliau ditanya tentang memberikan perhiasan pada pedang, maka beliau menjawab, “Tidak mengapa menghiasi pedang, karena Abu Bakar Ash-Shidiiq melakukan demikian.“ kemudian yang bertanya heran dan mengatakan : “Apakah engkau mengatakan Ash-Shidiiq?” Maka Muhammad bin Ali melompat seraya menghadapkan wajahnya ke kiblat dan berkata, “Ya Ash-Shidiiq, Ya Ash-Shidiiq, Ya Ash-Shidiiq. Barangsiapa tidak mengatakn kalau dia adalah Ash-Shidiiq maka Allah Subhana Wa Ta’ala tidak akan membearkan perkataanya di dunia maupun di akhirat”
Sungguh indah perkataan Muhammad bin Ali tentang Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anhuma dan sungguh jelek celaan Syiah terhadap mereka berdua. Jurang perbedaan sangat memisahkan antara Syiah dan salah satu Imamnya tersebut. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala menyelamatkan kita diri kita ari makar kaum Syiah.
Muhammad bin Ali meninggal ada tahun 117 H dan dikafani dengan kainnya yang beliau pakai untuk shalat sesuai dengan wasiatnya. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala senantiasa merahmatinya.
Ditulis oleh Abu Thalhah dari Majalah elfata edisi 09 Volume 10.
Sumber: http://wimakassar.org/wp/2012/02/08/abu-ja%e2%80%99far-muhammad-bin-ali-ahlul-bait-yang-mencintai-abu-bakar-dan-umar-radiyallahu-anhum/#ixzz1yKIdfR38
Post A Comment:
0 comments: