P E R A N G E K S I S T E N S I
Oleh: Abu Fatih Abdurrahman S.
(Staff Bidang Perencanaan Markaziyyah JAT)
Ketahanan sebagai Wujud dan Batas Akhir Eksistensi
Dalam fiqh Islam, Jihad sebagai puncak pengabdian yang menjadi tulang punggung Ummat Islam terbagai menjadi 2 (dua) bagian yakni: jihad tholabi (ofensif) dan jihad difa’i (defensif). Ketika wujud kedaulatan kaum muslimin, maka jihad tholabi hukumnya menjadi fardhu kifayah. Sedangkan ketika musuh menyerang maka jihad difa’i hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh kaum muslimin.
Rincian fiqihnya tidak kita bahas disini, yang ingin kami sampaikan bahwa Jihad adalah aktualisasi ketahanan kaum muslimin yang mana ketiadaan Jihad mengakibatkan matinya tubuh kaum muslimin dan hancurnya eksistensi mereka. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala sendiri menyebut seruan jihad sebagai sesuatu yang menghidupkan. Perhatikan firmanNya:
Baca artikel selengkapnya di PERBEDAAN
SUNI DAN SYIAH tafhadol
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[1] ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.” (QS Al Anfaal: 24-25)
Bahkan dari ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjamin bahwa orang-orang yang meninggalkan seruan Jihad akan selamat dari azab Allah ketika Ia akan mengazab orang-orang zalim secara menyeluruh.
Kelompok kaum muslimin dari ahlul 'ilmi dan ahlul jihad yang mampu melakukan perlawanan bersenjata di medan-medan Jihad hari ini di seluruh dunia hingga mampu menyerang posisi dan kepentingan musuh Islam di negri-negri mereka adalah kelompok yang disebut sebagaimana sebutan dalam banyak hadits tentang Thaifah Manshurah.
Dari mereka yang masih hidup dan melanjutkan perlawanan betul-betul hidup badan dan imannya, bahkan ketika mereka mendapatkan kesyahidan, merekapun hidup disisi Rabb-nya dengan dilimpahi rizqi yang mulia.
Allah Azza wa Jalla memuliakan para mujahidNya itu di medan-medan jihad dengan kedatangan musuhnya yang membawa segenap persenjataan dan harta benda dimana semua itu bisa menjadi rampasan perang yang akan membiayai hidup dan jihad mereka. Jadi hidup untuk jihad dan jihad pun menghidupi mereka dengan mulia!
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, dijadikan rejeki ku di bawah naungan tombak ku. Dan kehinaan terhadap siapa saja yang menyelisihi urusanku.” (HR. Ahmad)
Perhatikanlah nasib kaum muslimin yang meninggalkan jihad dengan sederetan alasan dan dalil-dalil yang diselewengkan, mereka memang tidak didatangi dan dibantai oleh persenjataan musuh Islam tapi mereka dihujani dengan bom-bom kesesatan berbentuk aliran menyimpang dan ranjau-ranjau kemaksiatan hingga disibukkan perhatian dan waktunya hanya untuk sekedar cari makan. Jadilah hidup yang tersesat, dimana hidup untuk (cari) makan dan harga dirinyapun jatuh lebih rendah dari hewan yang biasa mereka jadikan tunggangan. Hidup Cuma Sekali Tersesat Lagi!
Maka bagi kita yang belum dimuliakan dengan jihad hendaknya membangun ketahanan diri dan kelompok dari infiltrasi penyimpangan iman. Kaum muslimin Suriah tampaknya dirahmati Allah Jalla wa ‘Alaa dengan bangkitnya mujahidin Ahlus Sunnah melawan tirani Syiah Nushairiyah yang berkoalisi dengan Syiah Imamiyah dari Iran, Irak, Yaman dan Libanon serta aliansi Komunis China dan Rusia.
Hikmah yang begitu mahal dan harus dibayar dengan pembantaian keji rezim Bashar Asad terhadap ribuan pemuda, orang tua, wanita bahkan anak-anak balita. Namun itulah hukum perubahan, semoga Alloh menguatkan kaum Muslimin Suriah dan memenangkan para mujahidin mereka serta menyatukan hati, jiwa dan (insya Allah) fisik kita, dengan mereka yang bangkit dalam kemuliaan jihad!
Revolusi Iran: False Flag Perlawanan Islam
Dalam sebuah taklim di Masjid Darussalam, Komplek Tugu Asri Depok, Sabtu Malam (14/1/2012), pengamat Syiah Prof DR. H. Mohammad Baharun, SH, MA mengaku heran, jika banyak umat Islam terkagum-kagum dengan Revolusi Iran. Ia mempertanyakan, apakah benar Revolusi Iran itu Revolusi Islam?
Kenyataannya, sejarah mencatat, Revolusi Iran justru memakan anak kandungnya sendiri. Revolusi tersebut mengorbankan ratusan manusia, mulai dari anak-anak, wanita, hingga orang tua.
“Di Syi’ah, banyak kita temukan antagonism (standar ganda, pen.). Politik Luar Negeri yang dipropagandakan Syi’ah adalah anti AS. Di awal revolusi, Iran sangat anti AS dan anti Rusia, lalu dalam perkembangannya tinggal anti AS saja, dengan Rusia, Iran bisa bersahabat. Suatu ketika, bisa saja Iran menjadi anti Rusia, kemudian berkompromi dengan AS. Itu terbukti, ketika perang Iran-Irak I, dimana Iran membeli senjata dengan AS dan Israel. Kasus itu dikenal dengan sebutan Iran Gate.”[2]
Arie Al Fikri seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Politik UMJ menulis tentang Gerakan Transnasional Syiah Shafawiyah[3] sebagai berikut kutipannya:
DR Muhammad Bassam Yusuf (penulis buku “Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia”), mensinyalir adanya aliansi strategis antara gerakan Syi’ah di Timur Tengah. Aliansi tersebut melibatkan Iran, Hizbullah, Suriah, dan kelompok Syi’ah di Irak.
Kasus kemarahan pemimpin Suriah Bashar Al Asad terhadap pemerintah Lebanon diikuti oleh mundurnya 5 menteri Syi’ah dari Hizbullah menunjukkan adanya keterkaitan antara Hizbullah dan Suriah.
DR Bassam Yusuf menulis adanya pertemuan di Damaskus tahun 2007 antara Iran dan Suriah untuk membentuk aliansi strategis yang didalamnya turut pula bergabung kelompok Hizbullah. Aliansi strategis gerakan Syi’ah ini disebut dengan proyek kebangkitan Syi’ah Shafawis. Aliansi yang ingin mengembalikan kejayaan dinasti Shafawiyah dan Fathimiyah dalam menguasai kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika.
Berikut adalah beberapa fenomena Proyek Shafawistik ini:
- Adanya gerakan dan upaya pembersihan etnis dan mazhab Sunni Arab di Irak seiring dengan upaya pengisoliran terhadap mereka di wilayah Selatan Irak. Ditambah lagi dengan seruan untuk membagi kawasan Irak berdasarkan kelompok aliran, serta mendorong pasukan Amerika Serikat untuk terus melakukan penangkapan, penawanan, pembunuhan, penghancuran dan pembersihan terhadap kaum Sunni, terhadap mesjid-mesjid, lembaga-lembaga, dan juga gerakan-gerakan Sunni.
- Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Irak dengan kerjasama yang sangat sempurna dengan pimpinan tertinggi kaum Syi'ah di Irak, khususnya yang memiliki ras Persia. Dan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama intelejen, militer, ekonomi, politik dan agama, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat baik secara militer dan logistik.
- Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Suriah untuk mengerahkan gerakan Syi’ahisasi terhadap Muslim Sunni. Selain itu adanya pemberian kewarganegaraan Suriah kepada para keturunan Persia dan warga Syi’ah Irak oleh pemerintah Suriah. Dan jumlah mereka hingga saat ini telah melebihi 1.000.000 jiwa. Mayoritasnya bermukim di Propinsi al-Sayyidah Zainab dan sekitarnya di Damaskus.
- Menonjolnya upaya-upaya pemalsuan yang sangat vulgar dalam perhitungan demografis terhadap rakyat Suriah. Dan bukti yang paling jelas atas itu adalah studi-studi fiktif yang dipulikasikan oleh Intelejen Suriah bahwa masyarakat Suriah adalah masyarakat minoritas dan prosentase Sunni dari keseluruhan jumlah masyarakat Suriah itu hanya 48%. Padahal, rakyat Suriah secara mayoritas mutlak terdiri dari Sunni, dan ini adalah sebuah fakta yang terlalu jelas di Suriah.
- Kesepakatan dan konspirasi bersama dengan kekuatan Amerika Serikat. Publikasi oleh pimpinan spiritual tertinggi Syiah di Irak, berupa fatwa-fatwa yang mengharamkan perlawanan terhadap Amerika Serikat dan melabeli kaum Sunni dengan label teroris. Dan semua itu dilakukan seiring dengan upaya-upaya dusta mereka yang seolah mendorong perlawanan terhadap Amerika hingga negara Irak merdeka.
- Semakin meningkatnya upaya-upaya penangkapan yang dilakukan oleh Pemerintah Suriah terhadap warga Arab Iran (al-Ahwaz) yang mencari perlindungan ke Suriah sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak hanya itu, sebagian tokoh perlawanan al-Ahwaz (Khalil ibn ‘Abd al-Rahman al-Tamimy dan Sa’id ‘Audah al-Saky) kemudian diserahkan kepada pihak Intelejen Iran.
Fenomena di atas menunjukkan sikap yang bertentangan dengan “politik pencitraan” Iran dan Hizbullah (bagian dari aliansi Syi’ah Shafawis) yang dikenal vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel.
Keterlibatan Iran dan Hizbullah dalam aliansi Syiah Shafawis merupakan sisi lain wajah Iran dan Hizbullah sebagai ikon perlawanan Dunia Islam. Sebuah kenyataan yang jarang diekspos dan hanya ada di “dunia balik layar”. Untuk menarik simpati dunia dan agar diterima sebagai bagian dari Dunia Islam, gerakan Syiah Shafawis ini menjadikan isu Palestina sebagai komoditas politik. Demikian tulis mahasiswa yang semoga selalu mendapat taufiq dan hidayah dari Allah Azza wa Jalla. Amin.
Sikap JAT terhadap Syi’ah
Dalam madah Aqidah dan manhaj JAT sebagai dokumen resmi jama’ah, nomor 9 tentang Shahabatridhwanulloh ‘alaihim ajma’in (dimana kalangan Syiah selalu berupaya dengan berbagai cara hina dan keji memecah belah mereka) berbunyi:
“Kami ridlo dengan seluruh sahabat dan wajib mengikuti jejak mereka, mereka itu semuanya ‘uduul dan kami tidak mengatakan mengenai mereka selain yang baik-baik. Mencintai mereka itu hukumnya wajib bagi kami dan membenci mereka itu merupakan kemunafikan bagi kami. Dan kami menahan diri terhadap apa-apa yang mereka pertikaikan di antara mereka, yang dalam hal itu mereka melakukan ijtihad, dan mereka adalah sebaik-baik generasi. “
Inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sementara kalangan Syiah dan para pembebeknya dimanapun termasuk di negri ini dengan diam-diam atau terang-terangan mencaci maki sebagian Shahabat dan mengagung-agungkan yang lainnya untuk menghancurkan alur shahih diinul Islam. Dengan begitu, kaum Syi’ah berharap bisa ragu terhadap diinul Islam yang dianut para Salafus Shalih dan mereka menyuntikkan paham nista mereka kepada kaum muslimin yang akan dijadikan sebagai tonggak dan kayu bakar revolusi Syi’ah yang menipu.
Dalam madah yang sama nomor ke- 2 dengan tegas dan keras, JAT menyatakan:
“Kafir murtad itu lebih berat daripada kafir asli berdasarkan ijma’. Kafir murtad itu antara lain golongan Syi’ah Rafidhah yang meyakini adanya Qur’an lain yang disebut dengan mushaf Fathimah dan mengkafirkan para sahabat kecuali beberapa orang saja dan Ahmadiyyah yang mengaku adanya nabi setelah nabi Muhammad shollallohu ’alaihi wa sallam.”
Hakekat Syi’ah (Rafidhah)
Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (pensyarah Kitab Fathul Majid) menyatakan bahwa Rafidhah sebagaimana yang selainnya (dalam firqoh Syiah) meninggalkan apa yang ditunjukkan Al-Qur’an berupa larangan berdo’a kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka mengerjakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang dan meyakini bahwa syirik besar ini termasuk pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling agung. Sehingga merekapun menundukkan diri di sisi para penghuni kubur dan mengagungkannya dengan bentuk pengagungan yang tidak pernah dilakukan oleh orang sebelum mereka.
Mereka mengorbankan harta paling berharga yang mereka miliki untuk penghuni kubur itu, memberikan wakaf dalam jumlah besar untuk mendekatkan diri kepadanya dan menyembelih banyak sembelihan untuknya.
Mereka mengagumgkan para juru kunci kubur itu sebagai bentuk pengagungan terhadap penghuni kubur. Mereka berdatangan dari jauh dan berkumpul di kuburan, kenudian menamakan perjalanan untuk beribadah di sana sebagai haji. Dan berbagai kesyirikan nyata yang lain, yamg terlalu banyak untuk disebutkan, yang semuanya tidak akan Allah swt ampuni.
Bersamaan dengan hal itu, mereka menyimpangkan nama dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sejalan dengan Jahmiyyah dan semisalnya. Mereka menyelisihi Ahlus Sunnah dalam banyak sunnah. Ibnul Muthahhir menulis sebuah kitab yang membela kelompok ini. Dia menyebutkan banyak kesyirikan dan kesesatan mereka. Namun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah telah membantahnya dalam kitab beliau yang diberi nama “Minhajus Sunnah” dalam beberapa jilid yang besar. Sehingga kitab beliau ini menjadi bendera bagi ahli tauhid dan hujjah yang menghujat penyimpang dari kalangan ahli bid’ah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala Merahmati Syaikhul Islam. Beliau telah memenangkan Ahlus Sunnah dengan bantahan beliau terhadap para pelaku bid’ah.
Kelompok (Syiah) ini, sekalipun menurut pengakuan mereka terdiri dari 12 firqah, namun kesyirikan dan bid’ah itulah yang mendominasi mereka. Meskipun sebagian mereka berprasangka bahwa diantara mereka ada firqah yang hanya berbuat bid’ah dalam hal mengutanakan ‘Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakr dan ‘Umar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka semua, namun saya tidak yakin mereka selamat dari bid’ah-bid’ah lainnya.
Rafidhah adalah kelompok Pertama yang Mengada-adakan Syirik dalam Tubuh Umat Islam
Yang pertama kali memunculkan syirik dalam tubuh umat Islam ialah kelompok ini. Karena mereka meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib Rodhiyalohu ‘anhu. Maka ‘Ali Rodhiyalahu ‘anhu memerintahkan menggali lubang yang banyak, memenuhinya dengan kayu bakar,l alu menyalakan api besar disana, kemudian melemparkan mereka ke dalamnya.
Di antara mereka adalah Zaidiyyah yang berada di Shan’a dan Yaman. Mereka ini juga mempunyai banyak bid’ah, namun mereka mngambil sebagian pendapat Ahlus Sunnah dan membaca kitab Ahlus Sunnah. Diantara mereka ada yang cenderung kepada pendapat Ahlus Sunnah, bahkan ada yang kenbali pada pendapat Ahlu Sunnah.
Adapun penduduk wilayah timur dari kalangan Syi’ah, tidak satupun dari mereka ada yang mengikuti ideologi Ahlus Sunnah. Merekalah orang pertama yang memunculkan bid’ah membangun di atas kuburan ahli bait sebagaimana telah di jelaskan. Yaitu tatkala Bani Bawiyah memegang kekuasaan di wilayah timur pada masa ke khalifahan Bani ‘Abbas.
Ketika Al-Mutawakkil menjadi khalifah, beliau memerintahkan untuk menghancurkan masjid yang di bangun di atas kuburan Al- Husain. Peristiwa ini di hadiri oleh Al-Imam Ahmad dan ahli hadits, lalu mereka memuji tindakkan Al-Mutawakkil ini. Karena para ulama memang berfatwa demikian.
Inilah keadaan Rafidhah yang sudah mahsyur dan diketahui oleh kaum muslimin. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala keselamatan, pemaafan, dan ‘afiyat/kesehatan di dunia dan akhirat. [4]
Maka peduli Muslimin Suriah tidak bisa dilepaskan dari sikap waspada terhadap Syiah, ambilah pelajaran wahai orang-orang yang berakal! Wallohu Ta’ala A’lam.
[1] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Footnote dalam Terjemah Qur-an Depag RI)
[2] VOA-Islam, Senin, 16 Jan 2012
[3] VOA-Islam, Kamis, 7 Juni 2012
[4] Ringkasan Minhajus Sunnah Ibnu Taimiyah, Pustaka Ar Rayyan Sukoharjo th. 2010, hal. 210-213
Post A Comment:
0 comments: